Kamis, 12 Februari 2015

Mengapa Orang Jepang Tidak Makan Sambil Berjalan?


Adat istiadat di Jepang mengharuskan seesorang makan sambil duduk sembari menggunakan sumpit. Sumpit sendiri berasal dari daratan China dan para era Nara (710-794) menggunakan sepasang sumpit sudah mulai diikuti oleh penduduk negeri samurai ini.
Aturan makan di barat juga mengharuskan seseorang duduk ketika makan tetapi dengan menggunakan garpu, pisau dan sendok. Tapi satu pengecualian, ketika menyantap roti, mereka tetap menggunakan tangan. Di restauran-restauran ala perancis, roti ditempatkan secara sederhana diatas tatakan kemudian diambil dengan menggunakan tangan dan disantap sedemikian rupa sehingga serpihan-serpihan roti jatuh bertebaran, yang untuk orang Jepang hal-hal seperti itu tidak familiar di kalangan mereka.
Sandwich, hot dog, hamburger dan semacamnya memang hanya cocok disantap dengan menggunakan tangan. Sebagai perbandingan, makanan Jepang pada umumnya tidak dapat disantap dengan menggunakan tangan, walaupun itu berupa nasi sebagai makanan pokok mereka.
Kecuali untuk makanan seperti bola-bola nasi (onigiri) yang memang diperuntukkan untuk konsumsi luar rumah dan juga makanan-makanan kecil yang biasanya dijual di toko-toko yang terbuka sampai larut malam.
Makan dengan menggunakan tangan, dan yang lebih jauh lagi, berjalan ketika makan sudah merupakan suatu kebiasaan yang harus dihindari karena orang-orang yang melanggarnya akan terkena status kurang baik di kalangan masyarakat Jepang. Meskipun pada akhirnya akibat pengaruh luar yang terus mendera Jepang, makan sambil berjalan sudah sangat mudah dijumpai dimana-mana, khususnya bagi kaum muda mereka.[1]
***
Tata cara makan orang Jepang, orang dari belahan bumi bagian barat dan orang-orang dari timur ternyata tidak terlalu jauh berbeda. Makan sambil duduk, sepertinya suatu tatanan yang terasa lebih sopan dan dilakukan oleh bangsa manapun juga.
Dulu waktu masih berada di Sudan, kebiasaan inipun sangat terasa, tentunya karena latar belakang Sudan itu sendiri sebagai negara Islam apalagi Sudan adalah bertetangga langsung dari Saudi Arabia sebagai tempat lahirnya Rasulullah SAW.
Apalagi di Indonesia yang mayoritas penduduknya beraga Islam, makan dengan tangan dan tidak jalan saat makan sudah menjadi kebiasaan sekaligus ibadah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, meskipun hampir sama dengan Jepang, dan negara lain yang telah terwarnai dengan pengaruh-pengaruh barat, hal seperti itu sedikit demi sedikit mulai terkikis, apalagi bagi generasi-generasi perkotaan.
Saya tertarik meninjau kembali kebiasaan-kebiasaan orang Jepang yang menurut sebagian besar orang-orang yang pernah ke negeri ini, kehidupan mereka jauh lebih islami dibandingkan penganut islam itu sendiri. Mulai dari kebersihan, amanah, semangat kerja, keuletan, sampai pada cara makan ini. Saya mencoba membaca buku 100 pertanyaan untuk Jepang, yang telah lama terbeli tapi tak pernah habis membacanya. Disana ternyata banyak kebiasaan-kebiasaan orang Jepang yang islami menurut pandangan saya. Suatu yang menggelitik pikiran saya untuk mencari tahu sejarah perkembangan Jepang dengan islam itu sendiri. Tentunya pembahasan yang memerlukan literatur-literatur yang banyak dan waktu yang tidak sedikit. Apakah nabi-nabi telah pernah diturunkan Allah di negeri yang boleh dibilang sangat sedikit bersentuhan dengan islam ini. Dengan keyakinan bahwa Allah menurunkan nabi-nabi untuk tiap ummat sudah jelas dalam al-Qur'an. Ah..saya bukan ahli sejarah tapi suatu bahasan yang menarik untuk ditelusuri. Semoga PR ini tidak terlupakan.
Yang ada dalam pikiran saya sekarang, kemungkinan sebelum pengaruh china dengan sumpitnya, cara makan orang Jepang sama dengan orang-orang muslim, dengan tangan. Tapi pengaruh luar yang begitu besarnya sehingga dapat mengubah sesuatu yang tadinya mereka jalankan.
Bukan tidak mungkin, Indonesia untuk beberapa puluh tahun kedepan, cara-cara makan yang dicontohkan oleh Rasulullah ini tidak lagi menjadi sesuatu yang baik untuk diikuti. Bukankah sekarang begitu mudahnya kita menjumpai orang yang makan dan minum sambil berjalan, dan orang yang makan dengan memakai sendok dan garpu. Sedikit demi sedikit kita akan meninggalkan kebiasaan yang diberkahi ini, tanpa sadar. Padahal sungguh Rasulullah adalah teladan yang paling baik, terlepas apakah itu nantinya akan terbukti dengan terkuaknya ilmu pengetahuan mengenai manfaat makan dengan tangan ini, seperti sudah sering kita baca mengenai adanya enzim-enzim yang terkandung di telapak tangan yang dapat membantu dalam proses mencerna makanan itu sendiri.
Sungguh pengetahuan manusia itu sangat terbatas, tetapi ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Dialah yang paling tahu apa yang terbaik untuk ciptaannya, kita, manusia.
***


0 komentar:

Posting Komentar